Menyewa ruang kantor di Jakarta

service office jakarta - Hari masih pagi ketika saya menyambangi lantai tiga sebuah gedung perkantoran di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan.

Duduk berkelompok mengelilingi beberapa meja, sejumlah orang telah sibuk mengetik seraya menatap layar komputer masing-masing.

Sekilas, orang-orang tersebut tampak seperti pekerja kantor yang sama, namun siapa kira mereka adalah kumpulan pekerja lepas dan karyawan dari lain perusahaan. Beda meja, berarti beda perusahaan.

Salah satu perusahaan yang beraktivitas di situ adalah Happy5, sebuah perusahaan kecil di bidang teknologi informasi atau lazim disebut startup. Bersama beberapa startup lainnya, Happy 5 memilih menyewa ruang kerja bersama di Comma yang terletak di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan.

“Menurut saya, kantor itu harus nyaman, dingin, internetnya cepat, dekat dengan klien. Kalau saya bikin kantor sendiri seperti ini, biayanya sangat mahal. Lebih baik kami berkantor di sini. Walau ada orang-orang lain, itu tidak terlalu menganggu," kata Doni Apriliandi, pimpinan Happy5, kepada saya.

Biaya sewa

Menyewa ruang kantor di Jakarta, terutama di kawasan ‘segitiga emas’ yang meliputi Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Rasuna Said, memang relatif mahal.

Sebuah gedung perkantoran di Jalan Rasuna Said, misalnya, mematok Rp85 juta untuk ruangan seluas 200 meter persegi selama tiga bulan. Biaya itu belum termasuk ongkos listrik dan kebersihan.

Lalu beberapa gedung perkantoran di kawasan Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin memasang harga sewa sebesar Rp200.000 per meter persegi dengan tambahan Rp70.000 hingga Rp90.000 per meter persegi untuk biaya kebersihan.

Harga itu jauh berbeda jika dibandingkan dengan menyewa ruang kerja bersama atau lazim disebut co-working space. Di Comma, untuk sewa per bulan mencapai Rp3.500.000. Adapun sewa per tiga jam yang bisa dipakai sedikit demi sedikit dalam kurun sebulan mencapai Rp90.000. Semua biaya itu sudah mencakup pemakaian internet, minum sepuasnya, kebersihan, dan listrik.

Faktor biaya itulah yang menjadi alasan mengapa sejumlah perusahaan memilih menyewa ruang kerja bersama.

Tomi adalah pendiri perusahaan Tosa Komunikasi yang bergerak di bidang pembuatan situs di internet.

Selama beberapa tahun, dia menyewa sebuah rumah di bilangan Depok untuk dijadikan kantor. Namun, ketika melihat harga sewa ruang kerja bersama di Code Margonda, dia pun memutuskan memindahkan kantornya.

"Selama beberapa tahun saya mengontrak rumah seharga Rp20-Rp25 juta per tahun. Harga itu belum termasuk biaya listrik. Di Code Margonda, per orang hanya Rp300.000 per bulan. Dengan staf yang berjumlah empat orang, ongkos sewa ruang kantor menjadi lebih rendah," kata Tomi.

Jejaring

Selain bagi pengguna, penyewaan ruang kerja bersama menguntungkan juga bagi pemiliknya. Menurut Dondi Hananto selaku salah satu pendiri Comma, perusahaannya yang berdiri sejak dua setengah tahun lalu kini sudah balik modal dan mencetak keuntungan setiap bulan.

“Kami tidak cuma berjualan ruangan dan internet cepat. Bisnis kami adalah bisnis komunitas. Karena sebagian besar pelanggan kami bergerak di bidang startup, kami sering mengadakan workshop mengenai kewirausahaan dan teknologi informasi sehingga mereka bisa berkolaborasi," kata Dondi.

Pernyataan itu senada dengan ucapan Didi Diarsa, pemilik Code Margonda di Depok. Membangun komunitas, menurutnya, merupakan nilai tambah tempat penyewaan ruang kerja bersama. Bahkan, Didi mengaku merasa lebih berperan sebagai pembangun jejaring komunitas-komunitas yang menyewa tempatnya sehingga kolaborasi dapat tercipta.

Dia mencontohkan bagaimana komunitas ibu menyusui di Depok yang beranggotakan 2.000 orang bisa bekerja sama dengan perusahaan teknologi informasi yang menyewa ruang kerja di Code Margonda.

Kolaborasi

"Karena komunitas ibu menyusui sering menyewa tempat untuk seminar, mereka berinteraksi dengan beberapa perusahaan teknologi informasi. Dari situ, timbul gagasan agar komunitas ibu menyusui dibuatkan laman daring dan blog untuk berbagi informasi. Sebagai gantinya, perusahaan teknologi informasi dapat beriklan gratis di laman tersebut," jelas Didi.

Meski demikian tidak semua pekerja lepas dan perusahaan kecil klop dengan ruang kerja bersama. Sica Harum, pendiri bisnis buku dan humas Nyonya Buku, mengatakan ruang kerja bersama hanyalah efektif ketika sebuah perusahaan masih baru berdiri dan mengandalkan segelintir orang.

Saat perusahaan itu sudah berkembang dan karyawan telah berjumlah lebih dari 10 orang, menurutnya, cepat atau lambat mereka akan memerlukan ruang kantor yang lebih privat. Sedangkan untuk pekerja lepas, mereka dapat bekerja di mana saja dan tidak tergantung ruang penyewaan.